Ku biarkan
tubuhku tergeletak begitu saja bersama desiran ombak yang mengenai sebagian
tubuhku. Matahari mulai meninggalkanku seorang diri tanpa memperduliakan apa
yang sedang ku alami hari ini.
Hari itu
akhir 2016 seseorang menabrakkan mobil tepat di depan gerbang kampus dan
terlihat jelas darah mengucur dari dalam mobil bersama tangisan seorang bayi.
Serentak orang sekitar menghampiri mobil berplat kota nan jauh itu. Dan hari
itu aku meninggalkan kelas yang cukup penting buat gelar keduaku. Aku
menunggunya di rumah sakit hingga larut. Dini hari jantungku tetap berdetak
sama seperti saat melihat kucuran darah siang tadi. Aku pun begitu cepat
memutuskan untuk darahku mengalir ditubuhnya.
Tak berapa lama kemudian aku kembali meninggalkan perpustakaan
kampus dan menuju rumah sakit lagi tanpa berfikir mengapa dan untuk apa aku
kesana. Kali ini tanpa ragu aku menghampirinya dan dokter menanyakan
keluarganya bersama dengan pertanyaan tentang siapa aku.
Aku terbangun
bersamaan dengan adzan subuh dan ruang operasi sudah kosong. Aku berlari
mencarinya dan menemukan di lantai lima tepat menghadap ke arah timur tetap
berbaring tak sadarkan diri. Aku meninggalkannya menuju musholla untuk shalat
subuh dan mendoakannya. Aku kembali ke ruangan itu, melihatnya sadar walau
sekedar. Dua hari aku merawatnya hingga hari ini aku memutuskan untuk tidak
segera kembali ke rumah sakit itu. Aku mulai berfikir, mengapa aku begitu
merawatnya ? pertanyaan itu terus mengiyang dikepalaku ketika terlontar
pertanyaan darinya tentang siapa diriku yang merawatnya beberapa hari ini.
to be countinue...